27 Juni, 2017.
ㅡ
juyeon menghentikan kakinya tidak jauh dari ruang rawat yang sudah ia hafal di luar kepala. matanya menangkap seseorang yang meringkuk di sebelah pintu, memeluk erat kedua kakinya.
sesuatu yang juyeon benci untuk menyaksikan.
berusaha mengendalikan dirinya dengan satu tarikan napas, juyeon menyeret kembali kakinya menghampiri perlahan kemudian merendahkan badannya saat ia sampai di hadapan seseorang tersebut. ia mengulurkan tangannya, memberikan usapan pelan pada lengan.
“changmin.”
yang dipanggil namanya mengangkat wajahnya sedikit, melihat juyeon dari balik kedua lengannya yang terlipat. tangisnya kembali pecah.
juyeon serta merta menarik tubuh kecil changmin yang terlihat jauh lebih rapuh hari itu, ke dalam pelukan. changmin menangis pelan, tangannya menggenggam jaket juyeon erat.
“ju...” hati juyeon remuk mendengar suara changmin. “mama... mama pergi... aku- aku baru tidur sebentar... aku harusnya nggak tidur, ju. aku biarin mama pergi...”
juyeon mengusap punggung changmin yang mulai meracau.
“changmin, dengerin aku.”
“aku ngebiarin mama pergi... juyeon, aku harus gimana?”
“changmin, dengerin aku dulu.” juyeon menangkup wajah changmin dalam kedua tangannya, berusaha membuat changmin fokus kepada dirinya. “changmin!”
mata changmin mencari-cari sebelum akhirnya ia benar-benar menatap juyeon di hadapannya.
“changmin, bukan salah kamu. okay?” ucap juyeon lembut, meletakkan dahinya pada changmin sebelum berbisik. “mama kamu udah nggak ngerasa sakit lagi sekarang...”
changmin memejamkan matanya, membiarkan air matanya bergulir sekali lagi. juyeon mendekapnya lebih erat, kali ini menemaninya dalam tangis.
ㅡ
changmin memandangi gundukan tanah yang masih basah tak jauh darinya dengan nanar. penglihatannya mengabur, tak tahu lagi apa yang sedang ditatapnya.
“changmin, kita balik duluan ya?” pamit kevin seraya memberikan usapan pada bahu changmin.
chanhee menepuk punggung sahabatnya pelan. “nanti gue telfon.”
changmin tidak sanggup memberikan respon, jadi juyeon yang mengangguk pada keduanya sebelum pergi meninggalkan pemakaman.
hanya changmin dan juyeon yang masih tinggal. tetes hujan mulai turun lagi.
“pulang sekarang?” tanya juyeon pada changmin yang masih bersandar sepenuhnya pada dirinya. changmin menggelengkan kepalanya.
juyeon menghela napas berat. “besok aku anter ke sini lagi. ya? udah hujan lagi nanti kamu yang sakit.”
“biarin aku yang sakit.”
“aku nggak mau kamu sakit,” tegas juyeon.
“kenapa? biarin aja. nggak ada yang peduli. semuanya pergi.”
juyeon benci mendengarnya. ia benci changmin berpikir semua meninggalkannya. ia juga benci pada keadaan yang membuat changmin harus melontarkan kalimat itu. ia benci pada dirinya sendiri telah membiarkan semesta memusuhi changmin.
“changmin...” juyeon meraih wajah changmin, menundukkan kepalanya untuk menatap kedua mata yang menyorotkan sedih dan putus asa. “masih ada chanhee, kevin. masih ada aku. kita semua peduli sama kamu.”
tetes hujan turun bersama air mata yang membasahi wajah changmin. ia memandangi juyeon yang sebagian rambutnya sudah basah terkena rintik hujan, namun masih di sini bersamanya.
juyeon.
juyeon yang masih tinggal.
changmin membenamkan wajahnya dalam pelukan yang lebih tinggi, berbisik lirih. mungkin tak terdengar.
“jangan pergi...”