30 Maret, 2017.
ㅡ
juyeon mengetuk pintu ruang studio sebelum mendorongnya terbuka. ruangannya tidak luas dan hanya ada seseorang di sana, jadi juyeon tidak perlu repot mencari changmin.
“ssstt!”
changmin yang sedang membaringkan badannya di sofa kecil membuka matanya mendengar suara yang tiba-tiba datang. saat ia menoleh dan mendapati juyeon sedang menutup kembali pintu pelan-pelan, changmin tersenyum lebar.
“ju-”
“ck! kamu tuh dibilangin jangan capek-capek.”
changmin tidak bisa menyembunyikan tawa melihat juyeon mengomel padanya. badannya masih lemas, jadi ia belum bisa bangun tanpa harus merasa pusing.
juyeon berjongkok di samping changmin, meletakkan telapaknya pada dahi lelaki itu. hangat.
“aku gak kenapa kenapa, juuu.” changmin menyingkirkan tangan lebar juyeon yang menutupi hingga matanya, menariknya dalam pelukan. “dingin.”
juyeon membiarkan changmin memeluk tangannya, mencari hangat.
“lagian kamu ngapain di sini, sih? bukannya ke medis.”
“nggak mau. jauh.”
“kan bisa minta anter.”
“nggak mau ngerepotin.”
typical changmin.
juyeon mengulurkan tangannya yang lain untuk menyentuh dagu changmin, memeriksa sisa darah yang mengering di hidungnya.
“masih pusing, nggak?” tanya juyeon.
“sekarang engga, sih. tapi kalo bangun kayaknya pusing.”
“yaudah kamu tiduran aja dulu. mau minum, nggak?” juyeon merogoh ke dalam tasnya untuk mengeluarkan sebotol air mineral yang dibelinya dalam perjalanan. ia menopang bagian belakang kepala changmin untuk membantunya minum.
“istirahat dulu sampe pusingnya ilang.”
changmin mengangguk. ia kemudian menunjuk ke arah sofa yang ada di seberangnya. “kamu tidur situ.”
juyeon menoleh ke arah sofa di belakangnya, beranjak untuk duduk di sana. ia meraih bantal karakter senyum berwarna kuning.
“lucu nih, punya siapa?”
changmin tertawa pelan. “nggak tau.”