capek.

hanya itu yang dirasakan hyunjae saat ini. capek fisik, capek hati, capek pikiran. ia berencana untuk mendapatkan kembali asupan afeksinya setelah berhari-hari menjalankan tugas di luar kota. ia kangen younghoon.

tapi yang didapatnya hanyalah punggung yang dingin.

“younghoon.”

yang dipanggil tidak bereaksi, sibuk mengetik sesuatu di laptop. pancaran cahaya dari layar memantul ke wajahnya yang letih. mau tidak mau hyunjae harus menyingkirkan benda itu dari hadapan younghoon. mengalihkan fokusnya kepada dirinya.

setelah akhirnya younghoon melihat ke arahnya, hyunjae tersenyum kecil.

“jangan kerja terus. capek.”

namun jawaban younghoon seketika membekukan hyunjae.

“emangnya kamu peduli apa?”

“hoon, ada apa sih? ada masalah di kantor? mau cerita?”

“nggak perlu.” younghoon menarik kembali laptopnya, namun segera dicegah hyunjae.

“younghoon, please? kamu ada masalah apa?”

kali ini younghoon menghela napas keras, mencoba menata kalimat yang ingin diucapkannya.

“kamu ngapain sih? pulang seolah nggak terjadi apa-apa? did you even pick up my calls? kamu ke mana tiap aku butuh? kamu gak pernah ada, hyunjae.”

hyunjae mengusap wajahnya lelah. “kamu tahu aku lagi ada tugas di luar kota. aku juga udah bilang ke kamu, kan?”

“tugas.” younghoon mendengus geli. “i knew you slept with that friend of yours.”

“younghoon!”

serta merta hyunjae membentaknya. bagaimana bisa kekasihnya mengatakan hal seperti itu. those words hurt, he must say.

“jangan dikira aku nggak tau. bahkan temen-temen sekantor kamu juga udah pada tau masalah kamu sama dia.” younghoon berucap setelah sekian detik hening. “aku capek, hyunjae.”

hyunjae menelan ludahnya. “kamu capek? sama, aku juga capek. aku capek kamu selalu nuduh aku yang nggak bener. dia emang temen aku, tapi dia juga asisten aku. aku harus kerja sama dia, hoon.”

“tapi temen-temen kamu sendiri yang bilang kalo-”

“jadi kamu lebih percaya mereka?” potong hyunjae.

then why didn't you answer my calls?”

“aku sibuk, younghoon. beneran aku gak dikasih waktu istirahat. harusnya malah aku baru bisa pulang besok. tapi aku maksa karena tugas aku udah selesai. aku pengen ketemu kamu. aku kangen.”

younghoon terdiam. hyunjae berjongkok di depannya, meraih tangan younghoon dan menggenggamnya dengan kedua tangan.

“younghoon, aku selalu bilang sama kamu. jangan jadiin orang lain sebagai rumah kamu. orang bisa pindah, bisa berubah. tapi kamu, kamu rumah aku. seberapa jauh kamu pergi, aku tetap bakal datangi karena di kamu aku bisa istirahat. cuma di kamu aku bisa ngelepas capek, di kamu aku ngerasa paling nyaman.”

hati younghoon mencelos mendengar perkataan hyunjae. ia tidak sadar matanya memanas karena menahan tangis. ia sayang hyunjae. sangat. namun kadang ia lebih memilih untuk mendengarkan pikiran-pikiran negatifnya tentang hyunjae.

younghoon membiarkan tubuhnya ditarik perlahan ke dalam dekapan hyunjae. satu isakan akhirnya lepas dari tenggorokannya.

“aku kangen. aku ngerasa kamu gak ada tiap aku lagi butuh kamu. aku takut, aku selalu butuh kamu tapi kamu mungkin bisa hidup tanpa aku.”

hyunjae mengeratkan pelukannya, mengusak pelan rambut younghoon dan mencium puncak kepalanya.

i'm sorry i wasn't there when you needed me. aku bakal berusaha buat selalu ada, dan aku selalu butuh kamu. that's why i always come back to you, because you're my home.”

younghoon melesakkan wajahnya ke leher hyunjae, berbisik selembut angin. “i love you.”

i love you too. a lot.

say what you need say what you really need to say words can kill, it's real without you knowing and by the way i could just say it back to you, it's easy but honey i choose to be okay again today