changmin baru saja mengunci pintu rumahnya saat ia berhadapan dengan younghoon yang kini berdiri di depannya.

“loh, kak?”

“kamu udah siap?” tanya younghoon.

“siap... ke mana?” tanya changmin kembali karena bingung.

“ke tempat aku, kan? acara keluarga,” ingat younghoon.

changmin membuka mulutnya, baru saja menyadari. “astaga, kak. acaranya hari ini?”

“iya. kamu mau ke mana?” younghoon mengerutkan keningnya.

“kak, maaf aku lupa banget. aku udah ada janji.”

“nggak bisa dibatalin dulu, ya? aku udah telanjur bilang mama mau ngajak kamu, loh.”

changmin menggigit bibirnya, enggan untuk mengatakan alasan sebenarnya.

“kamu ada janji sama siapa, sih? ini weekend biasanya kamu nggak ke mana-mana,” kejar younghoon.

“itu... opening taman baca. hari ini, kak,” jelas changmin pelan.

ekspresi kesal di wajah younghoon tidak bisa changmin lewatkan. tetapi lelaki itu berusaha menetralkan wajahnya.

“opening, ya?” ulang younghoon yang ditanggapi dengan anggukan oleh changmin. “bisa, kan nggak usah ikutan dulu? lagian pasti di sana udah banyak yang nge-handle. kamu bisa minta izin ke juyeon, kan?”

changmin menggerakkan kakinya dengan gelisah.

“gimana, ya kak... soalnya- aku udah disuruh buat main piano di sana. nanti bakal ada acara musik kecil-kecilan gitu. kalo aku nggak dateng, nanti acaranya bisa kacau.”

akhirnya changmin harus mengatakannya.

younghoon berdecak kesal mendengarkan penjelasan changmin. baru kali ini changmin menyaksikan kekasihnya itu menampakkan emosi yang tidak biasanya. dan jujur saja changmin merasa sangat bersalah.

“jadi kemarin-kemarin kamu main piano lagi tuh buat acara ini?”

“iya...”

“juyeon yang nyuruh?” kali ini nada bicaranya terdengar tidak suka.

changmin tidak berani menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya lagi.

younghoon menghela napas keras. ia memandang ke kejauhan demi mengendalikan emosinya yang tiba-tiba saja menyeruak. beberapa saat kemudian ia kembali menatap changmin.

“changmin, kamu- bisa, nggak kamu prioritasin aku sekali ini aja? aku nggak pernah minta macem-macem sama kamu, tapi tolong sekali ini aja. kamu nggak usah dateng ke sana?”

“kak.” changmin meraih satu tangan younghoon. “aku harus ke sana. aku nggak bisa ninggalin tanggung jawab gitu aja.”

gue juga nggak bisa ngegagalin rencana kak hyunjae.

mobil pesanan changmin tiba di depan rumah. changmin mengusap punggung tangan younghoon, berusaha memberinya tenang.

“kak, nanti kalo urusan aku udah selesai aku usahain nyusul ke tempat kamu. ya?”

younghoon tidak langsung merespon. baru saat changmin menggerakkan tangannya lagi meminta perhatian, lelaki yang lebih tinggi akhirnya mengangguk singkat.

“gih, berangkat. hati-hati.”

sebuah pelukan diterima oleh younghoon. changmin tidak pernah seperti ini. biasanya selalu ialah yang menginisiasi semuanya. ia bisa merasakan getar pada tubuh yang memeluknya, membuatnya balas memberikan peluk.

“changmin, are you okay?”

changmin membebaskan diri sebelum kemudian mengangguk. “aku berangkat dulu ya, kak.”

younghoon menatap kepergian changmin dalam diam.

did he finally accept his defeat?