changmin memainkan gelas minumannya, berusaha mencerna informasi yang dilontarkan seseorang yang duduk di depannya. ia hampir bertanya kenapa juyeon sudah tidak bersama hyunjae tapi rasanya tidak pantas. bukan urusannya memang, tapi ia hanya berharap dirinya tidak terlibat.
“bukan gara-gara lo, kok.” seakan bisa membaca pikiran changmin, juyeon berucap. “pas dikabarin kalo dia harus ke new york buat kerjaan, dia bilang kalo gabisa harus ldr sama gue. he broke me up a month ago.”
“i'm sorry,” ujar changmin pelan. juyeon mengibaskan tangannya, mengisyaratkan kalau dirinya baik-baik saja.
“tapi, lo- masih sayang sama kak hyunjae?”
pertanyaan mudah namun juga sulit untuk dijawab. changmin tidak mengerti, juyeon bisa saja belajar menyayangi hyunjae. atau siapapun di luar sana yang mungkin dalam konsep “kebetulan” akan menjadi pasangannya. juyeon menyayangi hyunjae, pada saat itu. pada masa mereka masih bersama.
tapi changmin lupa, dari awal juyeon berusaha mendatanginya kembali. dan saat inipun ia masih datang pada changmin. juyeon bisa belajar menyayangi orang lain, tapi kepada changmin ia tidak perlu melakukan itu. karena sedari awal changmin sudah menggenggam keseluruhan hati dan perasaannya.
sayang pada changmin itu perkara mudah. semuanya telah terjadi bahkan sebelum ia menyadarinya. bertahun-tahun yang lalu. belum berubah.
“changmin, masih inget kan omongan gue tadi?” enggan menjawab pertanyaan changmin, juyeon balik bertanya kepadanya. “gue mau kenalan sama dunia lo yang sekarang. tapi lo ngizinin nggak, gue masuk ke dunia lo?”
changmin tahu pertanyaan itu tak semudah kedengarannya. mengizinkan juyeon kembali masuk ke kisah hidupnya berarti mengizinkannya juga untuk mengukir memori pada lembaran ceritanya. but is he ready for that again?
namun changmin sadar, kalau ia tidak mau juyeon datang kembali ke kehidupannya seharusnya ia tidak datang ke bandara hari ini untuk menemuinya. dan di sinilah ia sekarang.
udara yang mengembun menjadi titik-titik air di permukaan gelas minuman changmin, mulai luruh membasahi meja. mengiringi keterdiaman changmin hingga akhirnya ia membuka suara.
“ju, dari lo liat gue di bandara tadi harusnya lo juga udah tau sih, kenapa gue mutusin buat dateng.”