hari ini hari terakhir ospek.

harusnya changmin bisa menarik napas lega, tapi tidak hingga penghujung hari ini. tidak sebelum ia tahu apa yang akan disampaikan juyeon.

hari ini changmin sengaja menghindar jika matanya menangkap sekilas keberadaan juyeon. hal bodoh karena pada akhirnya ia juga harus bertemu dengan lelaki itu. tapi setidaknya ia bisa menyelamatkan hatinya untuk sementara waktu.

“changmin.”

satu panggilan singkat membuat seluruh badan changmin terasa seperti disiram es. chanhee yang beriringan dengan changmin keluar ruangan pun ikut menghentikan langkahnya.

juyeon melempar senyum kepada keduanya sebelum berjalan mendekat. ia mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan changmin, sembari mengatakan sesuatu kepada chanhee.

“gue pinjem temen lo dulu, ya.”

chanhee baru sempat membuka mulut saat juyeon sudah membawa temannya pergi.

“holy shit.”

“laper gak?” tanya juyeon saat changmin sudah naik ke boncengan motor.

“hmm dikit. tadi udah makan siang, sih.”

“gue laper banget. temenin gue makan, ya?”

changmin mengangguk, menatap juyeon lewat spion.

warung gado-gado yang biasa juyeon datangi bersama younghoon dan hyunjae tidak terlalu ramai siang itu. masih ada beberapa meja yang kosong.

“di sini gado-gadonya enak lo harus cobain,” celetuk juyeon.

“gue setengah porsi aja deh, gak terlalu laper soalnya.”

setelah mendapatkan pesanan, mereka duduk di salah satu meja yang dekat dengan jendela. sesekali angin membelai rambut dan wajah keduanya.

“changmin.”

yang dipanggil menghentikan kegiatannya mengaduk jus stroberi di hadapan. ia tidak tahu harus berbuat apa jadi sedari tadi ia hanya menyibukkan diri dengan sesuatu.

“hari ini terakhir ospek,” ucap juyeon.

“iya.” changmin mengangguk.

“seneng dong lo?”

changmin tersenyum kecil. “senenglah. udah gaperlu begadang sampe pagi lagi, tidur sebentar terus udah ke kampus lagi.”

“tapi seru, kan?”

“minus bagian lo ngerjain gue, sih. seru-seru aja.”

juyeon tertawa. changmin benci mengakui tapi tawa juyeon berhasil membuat hatinya berdesir.

kenapa, sih...

“gak adil banget padahal yang ngide younghoon tapi malah gue yang kena.”

“ya terus lo lakuin lagi.” changmin sewot.

“abisnya... lo gemes sih responnya. nurut aja lagi.”

“masih awal kuliah gue gamau cari mati.” changmin membela diri.

juyeon mengangguk sembari menyendokkan makanan ke mulutnya.

“tapi, gue bukan orang yang kayak gitu kok.”

“iya gue tau,” sahut changmin pelan, tak terdengar oleh juyeon.

“changmin, gue boleh nanya sesuatu gak?” juyeon meletakkan sendoknya dan menumpukkan sebelah tangannya di pipi.

changmin meliriknya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke piringnya lagi. “nanya aja.”

“kevin itu- pacar lo?”

changmin hampir tersedak kentang yang sedang ditelannya. buru-buru ia menyedot jusnya.

“gimana?”

“gue gak sengaja liat postingan chanhee, yang foto lo berdua kevin.”

changmin berdeham, mencoba mengembalikan suaranya. “oh, itu. kevin sama chanhee, dua-duanya sahabat gue.”

bibir juyeon membentuk huruf 'o', ia mengangguk kecil.

“dari kemarin nanya itu mulu kenapa, sih? lo ada naksir sama temen gue?”

“hah?” juyeon mengerjapkan matanya, menggeleng cepat. “engga, engga.”

“terus?”

“gue ada naksir orang, tapi bukan temen lo.”

juyeon menempelkan punggungnya ke sandaran kursi, melipat tangannya di depan dada sembari mengamati changmin.

“gue suka sama orang. orangnya lucu, tapi juga galak.” ucap juyeon. “tapi walaupun galak, tetep aja gemesin. aneh banget gue bisa suka. padahal tiga tahun terakhir gue sama sekali gak tertarik buat deketin orang, tapi kali ini rasanya gue bakal nyesel kalo gue ga ngomong.”

changmin tanpa sadar menahan napasnya mendengarkan juyeon. ia tidak berani mengangkat wajahnya untuk balas menatap kakak tingkatnya itu. pikirannya penuh dengan suara-suara bising.

“changmin, gue suka sama orang. sekarang orangnya lagi duduk di depan gue.” lanjut juyeon.

sudah terkatakan. juyeon sudah mengatakan semuanya. perihal ucapan manis yang sudah disiapkan sebelumnya, juyeon tidak ambil pusing jika akhirnya ia hanya mengatakan apa yang perlu ia katakan. ia hanya ingin changmin tahu.

namun changmin masih terdiam. ia mencoba membuka mulutnya, tapi gagal menemukan suaranya.

nggak bisa... gue nggak bisa...

juyeon menunggu tapi changmin tak kunjung bersuara. jadi ia hanya mengangguk paham, menghela napas sebelum berbicara lagi.

“nggak papa, gue gak minta lo buat jawab apapun. gue cuma mau ngasihtau aja, makasih ya udah mau dengerin.”

changmin menggigit bibirnya, masih belum berani untuk bertemu mata dengan juyeon. harusnya mudah, tapi kenapa semuanya terasa sulit untuk changmin.

juyeon beranjak dari duduknya. “besok penutupan ospek, jangan lupa tulis surat buat gue ya.” ia tertawa kecil sembari mengusak pelan rambut changmin. “yuk, pulang.”

changmin masih terdiam di kursinya setelah juyeon melewatinya. hangat tangan juyeon masih terasa, tapi hatinya redam.