jalanan lumayan padat oleh kendaraan yang mengantar orang-orang kembali pulang dari aktivitasnya. mobil chanhee berhenti sejenak di lampu merah, menunggu hitungan mundur menuju pergantian warna. changmin menyandarkan punggungnya yang lelah di sebelah chanhee yang berada di belakang kemudi.
“kok lo tiba-tiba ngajakin ngumpul?” tanya chanhee memecah hening, matanya tetap fokus pada detik yang berjalan.
changmin menghela napas, menatap lurus ke jalanan. “ya mumpung gue bisa, chan.”
“hmm.” chanhee tidak bertanya lagi.
“sama... kak younghoon nyuruh, sih.” changmin menambahkan beberapa saat kemudian, kali ini nada bicaranya pelan.
“younghoon?” chanhee menoleh. “kenapa dia?”
“bukannya lo yang ngasih tau dia kalo gue gak ikutan? ya terus dia nyuruh gue buat nyempatin waktu.”
chanhee bergumam pelan, kembali memfokuskan pandangannya pada lampu merah yang kini telah berganti warna.
ㅡ
kafe yang mereka datangi rupanya tidak terlalu ramai. mungkin karena letaknya yang kurang strategis. tapi changmin bersyukur karena jujur saja kepalanya pusing kalau harus berada di keramaian. apalagi di jam-jam seperti ini yang memang waktunya untuk rehat.
“ju!”
seruan chanhee membuyarkan lamunan changmin. chanhee melambaikan tangannya pada seseorang yang sudah lebih dulu hadir di sana, duduk di meja dekat dengan jendela. tiba-tiba saja jantung changmin memompa dua kali lebih cepat.
nggak usah panik, semuanya bakal baik-baik aja...
changmin mengekor di belakang chanhee, mengatur napasnya diam-diam.
“hei, sori nunggu lama ya?” tanya chanhee saat mereka tiba di meja juyeon. “changmin, nih, kebiasaan keluar kantor lewat dari jamnya mulu.”
“haha, nggak kok. gue baru aja dateng.”
chanhee melirik ke arah changmin, lalu juyeon, dan kembali ke changmin. seakan-akan mengirimkan isyarat.
“hai, ju. apa kabar? maaf ya kemarin gabisa ikutan.” changmin cukup kaget pada dirinya sendiri karena ia berhasil menyuarakan kalimat tanpa terdengar gugup.
juyeon tersenyum, menepuk pelan lengan changmin. “baik, kok.”
chanhee berdeham. “gue tinggal pesen dulu, ya. juyeon lo udah pesen belum?”
“eh, gue udah sih tadi.”
“ok, changmin gue pesenin ya.” tanpa menunggu respon dari changmin, chanhee sudah beranjak meninggalkan keduanya.
kini changmin berdiri canggung, tidak yakin harus melakukan apa.
“duduk aja.” juyeon berucap.
anjir, kaku banget kakuuu.
changmin mengeluh dalam hati sembari menuruti perkataan juyeon. ia duduk di kursi berhadapan dengan juyeon.
“changmin, ka-” juyeon menelan ludah, terhambat kalimatnya sendiri. “lo... kerja di mana sekarang?”
“oh- gue di penerbitan, ju.” jawab changmin seadanya.
juyeon sebenarnya sudah tahu dari chanhee dan kevin tempo hari. ia bahkan sudah menanyakan sedikit banyak perihal changmin.
“lo?” changmin balik bertanya setelah menimbang-nimbang, sepertinya kurang sopan kalau ia tidak menanyai balik meskipun ia tidak begitu ingin tahu. formalitas saja.
“changmin, gue sebenernya lagi ada project sama temen-temen dari new york. gue pengen ngajak lo juga.”
changmin mengangkat alisnya. padahal ia berencana pertemuan hari ini adalah pertemuan pertama dan terakhirnya dengan juyeon, sebelum ia menyibukkan diri kembali dengan rutinitasnya dan menjalani hari-harinya seperti biasa.
sebelum changmin sempat bertanya project apa yang sedang juyeon kerjakan, chanhee telah kembali ke meja mereka dan topik percakapan pun beralih.