“kak.”

sunwoo mendapati changmin yang sedang menaruh kepalanya di atas meja. tangannya masih memegangi sebotol air mineral yang tutupnya terbuka.

changmin mengangkat kepalanya, menyadari kedatangan sunwoo. wajahnya menyiratkan kelegaan di antara kacau. sunwoo mengambil tempat di sebelah changmin, menjatuhkan kunci mobilnya ke atas meja.

“gimana?” tanya sunwoo.

“apanya-” balas changmin lemah.

“lo. udah tenang belum?”

changmin perlahan menegakkan badannya, menyandarkan punggung pada kursi sebelum memijat pelipisnya karena pening.

“nu,” panggil changmin. “lo berapa kali liat kak younghoon di rumah chanhee?”

dihadiahi pertanyaan yang tiba-tiba alih-alih menjawab pertanyaannya lebih dulu, sunwoo tahu changmin sedang tidak dalam kondisi yang stabil. ia menghela napas, melipat tangannya sembari mengingat.

“empat... lima kali, mungkin? gue lumayan sering ke tempat kak chanhee.”

sunwoo melirik changmin yang kini terlihat seperti siap untuk menumpahkan air mata.

“kak,” panggil sunwoo segera. “gue bisa nyamperin mereka kalo lo mau. maksud gue- gue juga lumayan deket sama kak chanhee.”

changmin tidak menjawab.

“tanpa bermaksud ikut campur masalah lo,” tambah sunwoo. “gue bisa nanya ke dia, mungkin? apa gimana? lo mau gue gimana?”

changmin masih menatap botol air mineral di depannya, menggeleng pelan.

“nu, gue apa bego banget ya? mereka padahal orang yang deket sama gue. tapi gue bisa nggak tahu.”

sunwoo membiarkan changmin untuk memproses semuanya, menjernihkan pikirannya terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan.

sepuluh menit berlalu sebelum changmin membuka suara lagi.

“mana tadi gue pake segala kepleset pas mau ke sini. sialan emang.”

changmin mengusap celana bagian lututnya yang terkena noda tanah. mau tak mau sunwoo tertawa kecil.

“bukan hari baik lo, kayaknya,” celetuk sunwoo. “lo tadi ke sini naik apa? mau gue anterin pulang, nggak?”

changmin mendesah kesal. “lo lagi free, nggak? gue butuh hiburan.”

malam opening taman baca beberapa hari yang lalu.

“siapa?”

younghoon yang sedang menyandarkan dahinya di bahu chanhee mengangkat kepalanya. ingin tahu siapa yang mengirim panggilan ke ponsel chanhee.

“bukan siapa-siapa.” chanhee mengulurkan tangannya, menarik kembali kepala younghoon ke bahunya. sebelah tangannya sibuk mengetik balasan untuk seseorang di seberang sana.

setelah menekan kirim pada kontak bernamakan changmin, chanhee melempar ponselnya ke atas ranjangnya. kembali memfokuskan dirinya pada lelaki yang sedang mencari nyaman dalam pelukannya.

“chan,” panggil younghoon yang dibalas chanhee dengan gumam pelan. “apa gue lepas changmin aja ya, sekarang?”

“lo selalu ngomong gitu. tapi lo sendiri yang masih bertahan.”

younghoon terkekeh samar. “iya emang gue bego. gue kayak masih ngarep dia bisa bener-bener liat gue.”

chanhee menghela napas diam-diam. dan masih aja lo terusin.

“chan.” younghoon mengeratkan kedua lengannya yang melingkari pinggang chanhee. “gue minta maaf banget sama lo, gue selalu merasa bersalah gue harus seek comfort ke lo kayak gini. tapi rasanya capek, gue nggak tau harus lari ke mana lagi.”

chanhee terdiam.

“lo- kenapa sih masih mau gue repotin?”

“lo tau jelas kenapa,” ucap chanhee. younghoon melonggarkan pelukannya, namun sebelum ia sempat melepaskan diri chanhee sudah menariknya kembali dalam pelukan. “udahlah nggak usah dibahas.”

if i didn't care so much about you i also didn't want to do all this shit just for you.