Lost in Love

“nu, gimana? ikut nobar gak ntar malem?”

eric sudah melontarkan pertanyaan yang sama setidaknya sepuluh kali hari itu. yang juga belum mendapatkan jawaban pasti dari sunwoo.

cowok yang sedang ditanyai malah kembali mengecek ponselnya sebelum memasukannya kembali ke saku celananya. masih belum ada balasan untuk pesannya beberapa jam yang lalu.

“jam berapa?” tanya sunwoo akhirnya.

wajah eric terlihat sumringah mendengar pertanyaan dari temannya. pasalnya sunwoo susah sekali diajak main bareng, apalagi beberapa bulan terakhir. alasannya karena capek terlalu banyak tugas kuliah, seakan sunwoo lupa kalau eric masih satu jurusan dengannya.

“sekitar jam tujuh. ntar gue samperin lo aja, deh!”

“nggak usah, ric. gue langsung ke sana aja daripada lo bolak-balik.”

eric menepuk pundak sunwoo setelah menyetujui ucapannya, meninggalkan sunwoo yang kemudian juga beranjak untuk pulang.

setengah jam sebelum memutuskan untuk berangkat, sunwoo masih menimang-nimang ponsel di tangannya. ia berniat untuk mencoba menghubungi seseorang untuk kesekian kalinya walaupun pesannya tak berbalas dari beberapa hari yang lalu.

sibuk. itu alasan yang selalu diberikan.

sunwoo tidak tahu sesibuk apa seseorang itu di sana hingga bahkan tak sempat untuk sekedar mengabari. selain hal-hal lain yang menganggu pikirannya, sebenarnya sunwoo hanya khawatir. tentang keadaannya, apakah ia baik-baik saja.

karena di sini sunwoo pun sedang tidak baik-baik saja.

“astaga, nu. udahan kali stalking-nya,” ledek eric saat sunwoo lagi-lagi ketahuan melihat profil instagram cowok yang statusnya adalah pacar sunwoo.

sunwoo berdecak kesal, menjauhkan ponselnya dari eric yang ikut penasaran melihat layar.

“tuh, liat! terakhir dia pasang story belom ada sepuluh menit yang lalu. tapi chat lo nggak ada dibales kan, sama dia?”

“nggak usah sotoy, orang kesibukannya beda-beda,” tegur sunwoo.

kali ini eric yang berdecak malas. temannya ini memang susah untuk diberitahu.

“lo nggak dengerin omongan kak chanhee tempo hari, ya? mending lo lepasin kak changmin sekarang daripada entar lo sendiri yang susah. dia tuh nggak bisa ldr, nu. dia juga udah bilang sendiri kan, sama lo?”

sunwoo tahu. perihal foto-foto lamanya dengan changmin yang tiba-tiba sudah tidak ada lagi di feeds instagram cowok itu seharusnya sudah memberikan sinyal padanya kalau ia harus berhenti. namun ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, melepaskan changmin tidak semudah itu.

“kak changmin tuh cuma nungguin kata putus dari lo.”

changmin dapat melihat raut wajah sunwoo yang berubah saat ia memberitahunya kalau ia akan meneruskan studinya di tempat yang berkilo-kilometer jauhnya dari sini.

“tuh, kan. tadi katanya nggak bakal marah?”

“nggak marah,” sahut sunwoo pendek.

“ngambek?”

sunwoo menghela napas keras. “kamu ngasih taunya kenapa mendadak banget, sih?”

changmin mengerutkan dahinya bingung. “loh, aku udah bilang ke kamu aku ada apply ke sana kan, beberapa bulan yang lalu?”

“iya tapi aku nggak tau kamu jadi ambil beneran.” ada kekesalan yang tersirat dalam nada suara sunwoo.

“ya udah, maaf kalo gitu. jangan marah, dong. beberapa minggu lagi pisah masa malah marahan?” ucap changmin berusaha menghibur pacarnya itu.

“siapa yang marah sih?? kesel doang dikit,” ujar sunwoo sambil menarik-narik pipi changmin. “kamu tau sendiri aku nggak pernah ngelarang kamu buat ngapain aja, termasuk urusan studi kamu. dan kalo emang kamu harus jauh dari aku ya aku pasti bakal nungguin, kok.”

changmin terdiam untuk beberapa waktu lamanya mendengar kalimat sunwoo.

“nu, tapi aku lama di sana. mungkin bakal jarang banget pulang...”

“nggak papa, aku tetep bakal nungguin.”

changmin tidak menjawab, karena dalam hatinya ia sadar mungkin ia yang sebenarnya tidak bisa.

ada panggilan masuk tiba-tiba saat sunwoo hampir menggerakkan jarinya untuk menghubungi satu kontak.

changmin.

“iya, kak?” ada hembusan napas berat mengiringi ucapannya

“sunwoo,” panggil changmin di seberang.

suara ini yang paling dirindukan sunwoo. yang sudah beberapa bulan tak didengarnya. namun nada bicara changmin terasa asing, sunwoo benci mengakui bahwa ia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan.

“maaf baru sempat hubungin kamu sekarang,” sambung changmin.

“kak.” sunwoo menyela kalimat cowok itu. “boleh aku duluan yang ngomong?”

changmin diam sejenak. “ngomong aja, nu.”

dalam satu tarikan napas sunwoo berusaha mengeluarkan beberapa patah kata yang seharusnya menjadi momen bahagia untuk mereka berdua, namun kini harus diucapkan dengan sesak di dada.

happy anniversary yang ketiga tahun.”

sunwoo masih belum melepas pelukannya saat changmin hampir berangkat. beberapa menit menuju penerbangannya.

“sunwoo,” bisik changmin pelan. “aku mau ngomong.”

sunwoo hanya bergumam, masih mengurung tubuh changmin dalam kedua lengannya.

“habis ini aku bakal pergi jauh, jauh dari kamu. bakal nggak liat kamu lama, nggak bisa ketemu kamu.”

“hmm.”

“nu...” suara changmin semakin terdengar samar. “aku takut nggak bisa janjiin kamu pulang.”

sunwoo akhirnya menguraikan pelukannya, menatap changmin dengan alis yang bertaut.

“maksudnya?”

changmin menggigit bibirnya, ragu bagaimana ia harus mengatakan ini pada sunwoo. ia memandangi ujung sepatunya.

“aku di sana nggak sebentar, nu. aku nggak tau apa aja yang bakal terjadi sama aku selama ada di sana. sama juga kayak kamu, nggak ada yang tau gimana nanti kamu di sini. aku bukannya nggak mau ngusahain kita, tapi apapun bisa kejadian di luar kemauan kita.”

sunwoo mulai paham apa yang dibicarakan oleh pacarnya ini. namun otaknya memilih untuk berhenti bekerja. ia tidak peduli seberapa lama changmin ada di sana, ia akan tetap menunggu.

“aku kayaknya nggak bisa, nu. harus berhubungan jarak jauh,” ucap changmin akhirnya. “aku nggak bisa janji apa-apa ke kamu. jadi tolong jangan nungguin aku.”

sunwoo menggelengkan kepalanya, menarik kembali changmin dalam pelukannya.

“nggak papa, kamu nggak perlu janjiin aku apapun. aku yang mau nungguin kamu sampe kamu balik lagi ke sini.”

changmin harus menelan tangisnya karena ia tidak mau menyakiti sunwoo lebih banyak. bahkan ia harus mencoba mengabaikan senyum sunwoo saat cowok itu melambaikan tangannya untuk terakhir kali mengiringi kepergiannya. karena ia tidak tahu apakah ia dapat kembali bersama dengan perasaannya untuk sunwoo. apakah saat ia kembali, hatinya tetap milik cowok itu.

alasan sunwoo enggan saat eric mengajaknya untuk pergi, karena hari ini tepat tiga tahun hubungannya dengan changmin berjalan. ia hanya ingin sekedar menghabiskan waktunya dengan changmin, lewat pesan pun tak masalah.

namun entah sejak kapan sunwoo merasa changmin sangat jauh, sulit untuk digapai. berawal dari balasan pesan yang singkat, beberapa panggilan yang tak sempat diangkat, hingga hilangnya jejak sunwoo di manapun yang berkaitan dengan changmin.

sunwoo tidak menyangkal kalau absennya changmin sedikit banyak merubah dirinya. akan selalu ada kekosongan yang menyapa hingga ia harus berusaha mencari distraksi di tengah-tengah padatnya kuliah. sunwoo sendiri tidak tahu apakah menemukan rasa nyaman sementara saat mengobrol dengan orang lain selain changmin adalah suatu kesalahan. namun di penghujung hari ia akan selalu kembali pada changmin.

sunwoo dapat mendengar helaan napas di seberang saat ia mengucapkan kalimat itu pada changmin. seakan menaruh sisa-sisa harapan pada beberapa kata yang bagi changmin mungkin sudah tidak ada artinya.

“nu, kita udah nggak kontakan berbulan-bulan.”

“kamu nggak pernah bales chat aku.”

“obrolan kita udah nggak ada artinya. kosong.”

namun sunwoo tidak ingin mengakuinya.

what went wrong sih, kak?” tanya sunwoo.

“nggak ada, emang udah jalannya kayak gini,” jawab changmin. “sunwoo, kadang ngelepasin sesuatu itu nggak melulu salah. dan mertahanin sesuatu yang kamu bahkan nggak yakin itu juga nggak selalu bener.”

sunwoo menelan ludahnya dengan susah payah. “kamu ada pacar di sana?”

“sunwoo.”

“bilang aja kalo emang ada. kamu nungguin aku ngomong putus, kan? kamu nyuruh aku berhenti tapi kamu sendiri nggak berani buat ngambil keputusan.”

“iya, aku salah. harusnya aku langsung bilang ke kamu, tapi aku kira kamu juga bisa nyadar dari cara aku nge-treat kamu belakangan ini.”

“siapa, kak?” tanya sunwoo tiba-tiba setelah beberapa saat hening yang tercipta.

“nu, bukan masalah aku sekarang sama siapa. tapi aku sama kamu emang udah nggak bisa lanjut. jangan dikira aku nggak sadar gimana kamu juga berubah.”

“aku berubah gimana, sih?”

changmin lagi-lagi menghembuskan napas keras. sejak ia memutuskan untuk menghubungi sunwoo, ia tahu tidak akan mudah untuk menghadapi cowoknya yang keras kepala ini.

“kamu sadar nggak sih, nu? alasan kamu nggak mau putus tuh karena kamu sayang sama hubungan kita yang udah lama, bukan soal aku lagi. aku tau kamu juga capek.”

sunwoo tertegun mendengar ucapan changmin. ia tidak pernah berpikir kalau ia seegois itu hanya untuk mempertahankan hubungan yang bahkan ia sendiri sebenarnya lelah untuk bertahan di dalamnya. namun changmin baru saja menunjukkannya pada kenyataan yang selalu dihindarinya.

bahwa ini tak lagi tentang changmin. namun pembuktian akan hubungan mereka yang coba dipertahankannya bertahun-tahun. pembuktian bahwa ia berhasil menunggu changmin berapapun lamanya.

but the relationship has lost its meaning.

“sunwoo,” panggil changmin pelan saat tak ada lagi suara dari cowok itu. “it's okay, kamu nggak kalah atau apapun. dari awal aku juga udah bilang, ini bukan salah siapa-siapa. jadi aku minta kamu jangan nyalahin diri sendiri.”

“aku sayang sama kamu.” suara sunwoo bergetar saat ia mengucapkannya.

“aku tahu, aku juga sayang sama kamu. aku kangen. tapi udah nggak bisa lagi, nu. sekalipun kita maksain buat lanjut bakal tetep balik lagi ke titik ini, karena semuanya udah nggak kayak dulu lagi.”

sunwoo akhirnya mengangguk pelan, menerima kenyataan pahit atas harapannya sendiri.

“barusan percakapan kita yang paling panjang beberapa bulan terakhir ini,” ucap sunwoo dengan senyum masam.

and i'm sorry i had to do it on our anniversary.

“kalo kamu nggak bilang kayaknya kita berdua bakal lebih capek. so, thank you for that.

“sunwoo?”

“ya?”

“maaf aku nggak bisa janji buat pulang.”

mungkin kalau sunwoo lebih awal menyadari, sakitnya akan terasa lebih ringan. ucapan selamat tinggal di bandara waktu itu, juga adalah ucapan selamat tinggal untuk perasaan changmin dan hatinya yang dibawa pergi.

sunwoo mengantongi kembali ponselnya setelah rentetan pesan dari eric yang menyuruhnya segera berangkat. malam ini ia biarkan dirinya remuk redam, mungkin changmin juga sama di sana. hanya saja ia tak tahu apakah ada bahu yang siap menerima tangisnya, karena sunwoo tahu ia memiliki seorang dalam pikirannya yang mungkin akan ia datangi.

fin.