Night will always feel quiet and safe when he's in between those arms.
Wajah Arka selalu terlihat damai saat matanya terpejam, terlelap dalam balutan peluk Hanan dan sinar rembulan yang menyusup melalui celah tirai. Deru nafasnya halus terdengar. Arka-nya tidur dengan lelap.
Kantuk belum juga menghampiri Hanan meski ia sudah menemani Arka yang tertidur selama berjam-jam. Mungkin ia lebih memilih untuk terjaga, agar ia dapat menyaksikan wajah yang damai itu lebih lama. Agar ia dapat menghalau mimpi buruk yang berniat mendatangi tidurnya.
Jemari Hanan menyingkirkan helai rambut yang terjatuh menutupi wajah Arka. Membiarkan dirinya melihat wajahnya dengan lebih jelas.
“Ka, lo kalo tidur kenapa mirip banget sama bayi, ya?” bisik Hanan dalam gelap dan hening kamarnya. “Bedanya lo nggak ngisep jempol aja.”
Hanan mengusap pelan pipi Arka. Sayang. Tetap bergeming dan tak terbangun dari tidurnya. Ia kemudian kembali memeluk erat, menjatuhkan ciuman pada puncak kepala dan tak melepas.
Gundah pada hati Hanan karena untuk dapat melihat damainya Arka seperti ini, ada tangis yang harus tumpah. Arka datang padanya untuk mengadu. Dan Hanan yang selalu membuka kedua lengan lebar-lebar.
“Nggak papa, nangis aja. Gue masih punya banyak stok baju kalo baju gue basah. Gue masih punya dua lengan yang bakal meluk lo terus. Gue masih Hanan yang selalu ada kalo lo butuh.”
Hanan mengerjapkan mata kala ia merasa tubuh dalam pelukannya bergerak.
”...Nan?”
Suara serak Arka memanggilnya.
“Hm?”
“Gerah…”
“Oh, sori.”
Hanan segera melonggarkan dekapannya untuk memberi Arka ruang. Tetapi cowok itu tetap menempel padanya. Tak ingin melepas.
“Kencengin aja AC-nya,” pinta Arka, masih terpejam sembari memeluk Hanan.
Menyimpan senyum tipis, Hanan meraih remot AC dan menekan tombolnya sebanyak dua kali. Udara dingin yang tercipta seketika mengisi ruangan.
“Udah?” tanya Hanan.
Arka mengangguk kecil sambil tersenyum sebelum kembali terlelap.
Diletakkan kembali remot AC di atas nakas kemudian Hanan menarik tubuh Arka dalam pelukan yang lebih erat. Kali ini ia mencoba memejamkan matanya juga.
Samar-samar ia mendengar gumaman Arka dalam pelukannya.
“Makasih, Hanan.”
Setelahnya Hanan dapat tertidur dengan lelap, menyusul Arka ke dalam mimpi yang hanya tercipta untuk berdua.