“pengen jadi ikan.”

kalau ini kali pertama bertemu changmin, pasti ia sudah mengerutkan kening karena heran. tapi sudah beberapa saat semenjak juyeon kenal changmin, jadi dia sudah terbiasa dengan pemikiran aneh anak itu yang suka terlontar tiba-tiba.

“kenapa?”

“memori ikan cuma tiga detik. gabakal inget sama memori yang jelek-jelek.”

juyeon mengulas senyum mendengar alasan changmin yang menurutnya lucu. amused.

“tapi gabakal inget juga sama memori baik?”

“gak masalah.”

“kok gitu?”

“memori baik masih bisa diusahain, tapi memori buruk bakal tinggal selamanya.”

juyeon anak semata wayang di keluarganya. sedari kecil ia sudah terbiasa mendapat curahan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. ia tumbuh menjadi individu yang menyimpan banyak afeksi di dalam dirinya. ia tidak pernah merasakan apa itu rasa cemburu atau harus terpaksa mengalah dan berbagi dengan yang lain.

bertemu changmin di masa-masa pencarian jati diri sedikit banyak mengubah hidup juyeon. kalau bisa mengumpamakan, juyeon bakal bilang changmin itu kayak permen nano-nano. he is bright, cheerful, can be emotional sometimes. tapi semua menyenangkan. menghabiskan waktu dengan changmin tidak pernah membosankan.

lain halnya dengan juyeon, changmin memiliki satu kakak perempuan yang selalu ribut dengannya.

“ah males banget kakakku nitip beliin deodoran di minimarket.” changmin menekan-nekan keypad-nya dengan kesal.

“nanti aku anter,” sahut juyeon.

“bukan masalah itunya, juyeon. aku males kakakku suka nyuruh-nyuruh padahal belum tentu aku mau.”

“beliin deodoran doang apa susahnya?”

changmin meletakkan ponselnya dengan gemas. “juyeonnn, kamu tuh gabakal ngerti! dia tuh suka nyuruh tanpa peduli sikon. masa iya aku disuruh beliin martabak pas aku masih ada kelas sore. terus pernah juga aku disuruh beli pembalut!”

juyeon hanya tertawa pelan mendengar keluh kesah changmin. dia tidak punya kakak atau adik untuk sekedar bertengkar kecil dengannya. jadi mendengarkan cerita kakak-adik seperti ini menyenangkan baginya.

“terus kalo aku nolak pasti aku yang kena omel bunda, pasti dibilang gamau nurut sama kakak. kamu itu anak cowo bla bla bla, kalo kakaknya ada apa-apa ya dibantuin.” changmin menirukan bundanya kalau lagi menceramahinya.

“tapi seru, tau.” juyeon menaruh kepalanya di kedua lengannya yang terlipat di atas meja. “di rumahku sepi banget.”

“ah, kamu mah. ya udah kamu aja gantian jadi aku, biar aku yang jadi anak mama papa kamu biar aku dimanja terus.”

ocehan changmin selanjutnya terdengar samar karena juyeon lebih sibuk memandangi wajah lelaki itu dari samping.

hari ini permen nano-nano rasa asam, tapi tetap ada manis yang menyertai.

menjadi anak tunggal juyeon tidak tahu bagaimana menunjukkan perhatian pada seseorang yang dipedulikannya.

juyeon suka changmin.

tidak yakin jenis suka seperti apa. yang jelas dia suka changmin. dia suka berada di dekat changmin, berlama-lama walaupun tidak saling bertukar suara.

pun juga saat changmin akrab dengan yang lain, juyeon tidak tahu bagaimana mengungkapkan kalau dia tidak suka. juyeon tidak pernah sekalipun merasakan harus berbagi sesuatu yang disukainya. dan ternyata itu tidak menyenangkan.

“eh, maaf ya. tapi aku pulang bareng juyeon.”

tidak masalah, karena changmin pada akhirnya tetap memilihnya. juyeon diam-diam merasa menang.

menikmati senja yang mulai redup tergantikan gelap, changmin duduk di atas motor juyeon. sibuk menatap layar ponselnya sambil menyedot es teh di dalam plastik.

“eh, ternyata kamu salah.”

juyeon yang berjongkok di dekat changmin membuka suara, membuat changmin mengalihkan pandangannya sejenak dari layar.

“soal?”

“memori ikan yang cuma tiga detik.”

“oh...” changmin kembali menelusuri layar ponsel sembari tertawa. “udah gamau jadi ikan.”

“loh kok gitu?”

kalimat selanjutnya yang dilontarkan changmin membuat juyeon terdiam.

“udah ada kamu di sini. bikin memori baik atau buruk pun gak apa.”

sebelum juyeon sempat menemukan kata-kata yang terjebak di tenggorokannya, changmin melanjutkan.

“aku gamau jadi ikan. nanti aku di air, kamu di darat. gimana ketemunya?”

ji changmin lucu. juyeon suka.

berdiri dari tempatnya, juyeon menghampiri changmin yang masih sibuk menyedot es teh.

“kita sama-sama jadi ikan, gimana?”

tawa keduanya pecah seiring sang surya yang perlahan tenggelam di ujung langit. hari ini permen nano-nano hanya terasa manis.

I wish you sunshine in the sky And all the bluebirds in your eyes May it light up wherever May it shine on forever I wish you love Rooted within you Deeper Oh I'm falling so hard into you Quicker and deeper