selama duapuluh dua tahun hidup, changmin belum pernah benar-benar menginginkan sesuatu. keadaan membuatnya harus terus mengalah. dan mungkin kali ini pun juga.

he's always been someone that changmin can't reach. can't even dare to dream to be close with. he's like the moon and the stars on the dark night sky, so beautiful yet so far. changmin could only admire.

ada saat keduanya berpapasan, menggenggam gelas kopi di tangan dan tersenyum singkat pada changmin. ucapan selamat pagi yang berada di ujung lidah tidak sempat terucapkan. masih ada hari esok.

namun hari esok adalah hari-hari yang sama. anggukan singkat bahkan sapaan yang terlewat sama sekali karena terburu-buru.

hari ini mungkin semesta sedang ingin memberi bahagia pada changmin. bukan sapaan selamat pagi, ataupun anggukan singkat.

“hai.”

changmin padahal sudah sering memutar skenario di kepalanya untuk kemungkinan ini, tapi lidahnya tetap kelu. jadi ia hanya mengangguk.

“saya sering lihat kamu lewat di sekitar sini. divisi apa?”

“sa- saya... intern dari divisi media informasi.”

“oh-”

percakapan keduanya tersela oleh pesanan kopi yang sudah tersaji. keduanya mengambil gelas kopi masing-masing.

“saya juyeon. lee juyeon staff divisi marketing.”

changmin menerima uluran tangan di hadapannya.

“ji changmin.”

seems like the moon and the stars are not that far. they seem reachable. changmin thought.

menikmati kopi bersama, pulang bersama, dan saling bertukar cerita. juyeon tidak seasing yang ia kira. juyeon hangat, seperti senyumnya.

tapi hangat tidak menyelimutinya saat ia mulai berkisah.

i had an ex. he was just like you. i thought i would live the rest of my life with him happily.

“lalu?” changmin memerhatikan air muka juyeon yang tetap tenang.

i lost him in an accident.

changmin membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun urung dilakukannya.

“maaf.”

juyeon mendengus kecil. “sudah hampir lima tahun yang lalu. harusnya saya sudah lupa.”

changmin tidak tahu apakah ia merasa senang karena juyeon akhirnya membuka diri padanya, atau fakta bahwa ia mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya.

changmin seharusnya tahu bahwa ia tidak akan pernah menang. daridulu ia dipaksa mengalah.

seharusnya ia tidak mengiyakan saat juyeon bertanya padanya, “changmin, jadi pacar saya ya?”

karena mana mungkin ia bisa menang dari seseorang yang sudah tidak tinggal di dunia ini lagi. juyeon bukan menyukainya, juyeon menyukai bayang-bayang masa lalu yang tersirat dari dirinya. changmin ingin meminta lebih, namun ia tahu sejak awal ia sudah kalah.

changmin ingin juyeon melihat dirinya, lebih dari sekadar potongan-potongan ilusi masa lalu.

I'm falling again And I get up again Continuum it seems I'm riding the wave I'm hiding 'cause feelings keep drifting apart And wanting more is just gonna get me Down to my belly I'm riding the wave I get out, the air gets too lonely to breathe And saying so much will only take me Drag me Down to my knees