“situ berhenti di situ.” changmin menunjuk ke arah pinggir jalan.
sunwoo mengikuti arah telunjuk changmin. ia tidak menemukan apapun selain tanah lapang dengan pohon-pohon besar menjulang.
“ada apaan di situ?”
“udah berhenti di situ aja.”
sunwoo akhirnya menuruti perintah changmin, membelokkan mobilnya pada jalan kecil menuju tempat yang penuh dengan pohon rimbun. ia mematikan mesin mobilnya setelah berhenti di dekat salah satu lampu jalan.
“sumpah ngapain ke sini, sih?” tanya sunwoo setelah keduanya keluar dari mobil. changmin mendahuluinya melangkah menuju bangku besi panjang yang anehnya tersedia di sana.
“di sini sepi,” jelas changmin setelah ia menghempaskan dirinya ke atas bangku.
sunwoo mengamati sekitar. tidak ada apapun selain pepohonan dan beberapa lampu di setiap sudutnya.
“lebih ke serem, sih.” ia mengikuti changmin duduk di bangku besi.
“gue mau nangis. dari kemarin gue mau nangis tapi susah,” keluh changmin.
sunwoo mengangkat alisnya. “ya- udah? nangis aja.”
changmin menghela napas, menundukkan kepalanya. beberapa detik kemudian terdengar isakan pelan. sunwoo seketika panik.
“kok nangis beneran sih, lo? jangan nangislah. gue nggak tau caranya nenangin orang nangis.”
changmin menoleh cepat ke arah sunwoo, bibirnya sudah mencebik.
“lo tuh ya- ah, udahlah. nggak jadi nangis gue.”
“dih?” sunwoo mengerutkan keningnya bingung. aneh banget sih, nih orang.
changmin menyandarkan punggungnya, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
“nu.” suaranya teredam. “lo pernah nggak, nggak bisa move on dari orang lamaaa banget?”
terheran dengan pertanyaan changmin, sunwoo diam sejenak sebelum menjawab. “engga pernah. kenapa emang?”
changmin mendengus. “lucky you. gue... barusan sadar, kalo gue masih stuck sama satu orang yang udah ninggalin gue tiga tahun.”
“wah.” sunwoo menanggapi. “selamat?”
changmin tertawa ironis. “selamat. selamat karena gue telat banget buat sadar.”
sunwoo mengekor changmin untuk menyandarkan punggungnya pada bangku, menatap ke arah langit yang sudah menghitam.
“dan lo pacaran sama younghoon buat lupain dia?”
kalimat sunwoo lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan. changmin menyingkirkan tangannya dari wajah, memandangi langit malam tanpa bintang.
“parahnya lagi, gue nggak sadar udah nyakitin orang selama tiga tahun gue berusaha nyembuhin diri sendiri. i'm such a mess, nu.”
sunwoo bergumam. “but aren't we all?“
kalimat sunwoo membuat changmin sedikit tersenyum. “bener sih.”
“jadi, yah- nggak usah terlalu keras sama diri sendiri. nggak ada orang yang sempurna. we fucked up, we failed. makanya kita bisa belajar jadi orang yang lebih baik.”
changmin menolehkan kepalanya ke arah sunwoo. “gue nggak tau lo orangnya bijak juga,” godanya.
“lo sih, belom kenal gue,” balas sunwoo enteng.
“iyaa deh nanti gue kenalan sama lo.” changmin kembali menatap ke arah langit.
hening untuk beberapa saat.
“terus, lo mau ngapain habis ini?” tanya sunwoo. “soal siapapun itu yang lo gamon-in, maksud gue.”
“hmm, apa ya? nggak tau, sih. orangnya udah punya pacar juga.”
sunwoo mengangguk paham. “seenggaknya lo udah bisa nerima perasaan lo sendiri. lebih lega, kan?”
“iya,” jawab changmin pelan.
“gue- kangen sama dia.”