Stage 1: Nganterin pacar orang pulang


“Chang-”

“Ju-”

“Eh, lo duluan deh.”

“Nggak, nggak. Lo duluan aja.”

Juyeon menggaruk bagian belakang kepalanya canggung. Acara traktiran Hyunjae sudah selesai, semuanya mulai beranjak untuk pulang. Tak terkecuali Changmin yang hampir pulang bersama Kevin. Dan Juyeon harus berusaha mencegahnya kalau ia mau menuruti saran dari Sunwoo.

“Lo balik sendirian?” tanya Juyeon langsung. Ia sudah membuang rasa malunya jauh-jauh.

“Tadi mau balik sama Kevin, sih. Tapi anaknya tiba-tiba pergi sama Sunwoo gatau ke mana.”

“Nebeng gue aja mau, nggak?”

Mata Changmin membulat. “Eh, boleh?”

“Boleh, laah. Ayok.”

Juyeon diam-diam bersorak dalam hati. Rupanya omongan Sunwoo ada benarnya juga.


“Ju,” panggil Changmin saat keduanya sudah berada di atas motor yang membelah lalu lintas malam. “Gue boleh nanya, nggak?”

“Boleh. Tapi jangan susah-susah, gue lagi nggak bisa searching.”

“Apaan, sih?” Changmin tertawa pelan.

“Haha, nanya apaan?”

“Itu- lo masih kesel sama gue, nggak?” tanya Changmin hati-hati.

“Loh, kesel kenapa?” Juyeon memasang ekspresi bingung yang terpantul melalui spion motornya.

“Soal gue yang nggak tau band lo.”

Hah? Juyeon tidak paham maksud ucapan Changmin.

“Gue nggak tau kenapa gue harus kesel sama lo, deh?”

“Abisnya tadi muka lo keliatan serius banget gituuu. Gue mikir, jangan-jangan lo masih kesel gara-gara gue nggak tau lo siapa. Nggak tau ada band namanya Butterfly Effect. Aduh, jadi nggak enak lagi guenya, kan.”

Juyeon hampir menyemburkan tawa. “Lah, gue gitu tadi karena lo liat mulu ke arah gue, kan?”

Eh, goblok. Ngapain gue ngomong gitu, dah?

“Gimana, Ju?” Changmin mengernyit bingung.

“Enggaak, gue nggak ada kesel sama sekali. Apalagi cuman masalah lo yang nggak kenal sama band gue.”

Gue, tuh, naksir sama lo. Mana mungkin gue kesel? batin Juyeon rasanya ingin berteriak.

“Bener, ya? Soalnya gue nggak pernah liat band lo manggung. Walaupun gue kenal lumayan deket sama Sunwoo juga, tapi gue sama sekali nggak tau nama band kalian. Sori banget, ya?”

“Minta maaf sekali lagi habis ini lo jadi Mpok Minah.”

Changmin seketika menepak pelan helm cowok di depannya itu. “Juyeon, ih. Gue serius.”

“Iyaa, santai aja. Kemarin, kan, gue juga udah bilang nggak papa?” tenang Juyeon masih dengan sisa tawanya. “Makanya, lo nonton kalo band gue manggung.”

“Iya, deh.”


“Sini, ya?” Juyeon menghentikan motornya di depan kos berpagar hijau yang catnya sudah mengelupas di sana-sini.

Changmin turun dari motor lalu melepas helmnya. “Makasih banget udah dianterin. Rumah lo jauh, nggak, dari sini?”

“Gue juga ngekos, nggak terlalu jauh. Di perempatan lampu merah tadi ambil kanan.”

“Oh, iya? Syukur nggak terlalu jauh. Gue nggak enak lagi kalo lo baliknya kejauhan.”

Juyeon tersenyum tipis. “Nggak enakan mulu lo.”

“Yaa, habisnya-” Changmin mengerucutkan bibirnya yang membuat Juyeon hampir mengulurkan tangan untuk mencubit pipinya karena gemas.

“Nonton, yah, kalo Butterfly Effect ada manggung lagi?” pinta Juyeon kemudian.

Changmin menganggukkan kepalanya semangat. “Pasti! Kabarin ajaa, nanti biar gue kosongin jadwal.”

“Sipp!” Juyeon mengacungkan jempolnya. “Hmm, Changmin?”

“Iya?”

Ada sesuatu dalam binar mata Changmin yang membuat fokus Juyeon terkunci. Padahal ia baru bertemu cowok ini tempo hari di ulang tahun Hyunjae. Tidak sempat bertatap muka, apalagi mengobrol. Tetapi melihat Changmin yang sibuk berlarian kesana kemari untuk memasang dekorasi ulang tahun, lalu sesekali mengomel karena hasilnya tidak seperti yang ia inginkan, membuat Juyeon tanpa sadar mengamatinya dengan senyum tipis yang terbentuk di bibirnya.

Ck, kenapa lo udah ada pacar, sih?

“Ju?” panggil Changmin membuyarkan lamunan Juyeon dan membawanya kembali ke realita.

“Nggak papa. Gue balik dulu. Good night, Changmin.”