sudah berjam-jam changmin mengunci diri di kamar dari sepulang sekolah tadi. ia juga belum mengganti seragam yang bagian lengannya sudah berkali-kali digunakan untuk mengelap air matanya. ketukan di pintu oleh kakaknya juga tidak digubrisnya.

pokoknya changmin kesal.

baru ketika bundanya pulang dari kantor dan memanggil changmin yang masih betah mengurung diri di dalam kamar, anak itu akhirnya membuka suara.

“changmin, keluar makan dulu nak.”

“changmin nggak laper bunn. nanti ajaa.”

“kamu ngapain, sih? ada yang gangguin kamu di sekolah?” tanya bundanya lagi.

changmin mencebikkan bibirnya, teringat akan insiden tadi siang. lagi-lagi ia melesakkan wajahnya di atas lengannya dan terisak.

“kak hyunjae nyebelin!”

sore harinya chanhee datang ke rumah changmin untuk mengerjakan tugas kelompok. changmin sudah mengurung diri lagi di kamar setelah akhirnya berhasil dibujuk untuk makan.

“chanhee, masuk dulu. changmin lagi di kamar dari tadi nggak mau keluar. keluar cuma buat makan doang,” ucap bunda changmin.

chanhee menaikkan alisnya, sedikit terkejut dengan informasi yang didapatnya.

“apa lagi ada masalah di sekolah?” tanyanya lagi.

“hmm-” chanhee bergumam, pikirannya tertuju pada satu kejadian yang membuatnya harus menahan tawa. “nggak ada apa-apa kok, tante.”

bunda changmin mengerutkan keningnya. “ya udah, coba kamu temuin anaknya siapa tau dia mau cerita kalo sama temen sendiri.”

“iya, tante.” chanhee berjalan menuju kamar changmin, mengetuk pintu kamarnya.

“changmin. ini gue, buka pintunya.”

changmin mendengar suara chanhee di luar kamar. ia mengeluh dalam hati.

ah, chanhee ngapain pake ke sini sih?

namun terpaksa ia harus membukakan pintu. dan setelah chanhee berhasil masuk dan menyaksikan keadaan changmin, ia menutup mulutnya dengan satu tangan.

“LO NANGIS!?”

jelas-jelas chanhee berusaha untuk tidak terbahak. yang kemudian ia mendapat lemparan bantal dari changmin, menyuruhnya untuk diam.

“ngapain nangis segala, sih?” kali ini chanhee tidak bisa menahan tawanya, ia duduk di pinggir ranjang milik temannya.

“ah, diem lo kalo nggak ngalamin sendiri,” sewot changmin, masih sambil menyedot ingus.

“ya ampun.” chanhee menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, mengingat kejadian tadi siang yang hampir membuat heboh satu sekolah. “kak hyunjae nggak bilang apa gitu ke lo? minta maaf?”

changmin mengerucutkan bibirnya, menggeleng. “nggak tau gue nggak ngecek hp dari tadi siang.”

jawaban changmin membuat chanhee mendecakkan lidah, beranjak untuk mencari ponsel changmin. setelah menemukan yang dicarinya, ia melihat bar notifikasi.

“tuh, tiga missed calls sama chat dari kak hyunjae!” chanhee melemparkan ponsel changmin ke atas ranjang.

changmin memandangi ponselnya yang jatuh tepat di dekat kakinya, enggan untuk mengambil. namun pada akhirnya ia mengulurkan tangan untuk meraih benda itu.

changmin menggulirkan layarnya cepat untuk membaca pesan dari hyunjae. chanhee hanya mengamati temannya dalam diam saat akhirnya tangan changmin bergerak untuk mengetikkan balasan.

“changmin berangkat dulu, bun,” pamit changmin setelah menghabiskan sarapannya. ia menyampirkan tas ranselnya di pundak, beranjak keluar dari rumah.

baru dua langkah ia meninggalkan gerbang, matanya sudah bertemu dengan sepeda yang sangat dihapalnya. beserta pemilik yang kini nangkring di atasnya.

“ayok,” ujar si pemilik sepeda.

changmin mengerutkan alisnya tanda kesal. ia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan langkahnya lagi, meninggalkan si pemilik sepeda di belakangnya.

“changmin!”

lelaki itu mengejar changmin sambil terburu-buru mengayuh pedal sepedanya.

“changmin, jangan marah dong. kan aku udah minta maaf kemarin.”

changmin akhirnya menghentikan langkah kakinya, menoleh cepat pada si pengendara sepeda warna merah.

“kak, kan kemarin aku udah bilang ngga usah jemput aku!”

hyunjae, si pemilik sepeda merah mengangkat alisnya. pura-pura terkejut.

“iya, ya? kapan kamu bilangnya? aku nggak inget.”

lagi-lagi hyunjae bertingkah seperti itu yang bikin changmin makin kesal. ditambah dengan tampang tidak berdosanya, membuat changmin rasanya ingin menggigit lengan lelaki itu kalau ia sedang tak melancarkan perang dingin seperti saat ini.

jadilah akhirnya changmin tetap melangkah menuju halte dengan hyunjae yang setia membuntutinya dengan sepeda.

beruntung hyunjae adalah siswa satu tingkat di atasnya, jadi changmin tidak perlu bertemu dengannya di koridor yang sama. karena kelas hyunjae ada di gedung yang berbeda. namun beberapa teman sekelas changmin masih ada yang mengganggunya pagi itu ketika changmin menginjakkan kakinya di kelas.

chanhee terpaksa harus mengusir mereka dari bangku di sekitar changmin.

“hush, hush, udah sana mending kalian nyontek dulu tugas buat jam ketiga. daripada kena hukuman disuruh berdiri di luar kelas.”

anak-anak yang berkumpul di sekitar changmin langsung bersorak kecewa, kembali ke bangku masing-masing.

chanhee menepuk pundak changmin yang menghela napas pelan. “udaah, nanti juga mereka pada lupa sendiri. biasa kalo ada bahan gosip pasti suka heboh di awal.”

jam istirahat. hyunjae menepuk-nepuk lengan younghoon, teman semejanya. younghoon yang masih sibuk menulis catatan berdecak kesal.

“apaan?”

hyunjae nyengir. “temenin ke kelas changmin.”

“hah?” younghoon berhenti menulis, dikiranya ia salah mendengar. “bilang sekali lagi.”

“temeninnn ke kelasnya changmin.”

“udah gak waras lo ya.” younghoon menoyor kepala hyunjae. “nggak cukup ribut-ribut kemarin? mau bikin yang lebih heboh lagi? mau didatengin guru bk lagi?”

hyunjae mendengus, bangkit dari kursinya.

“emang gak setia kawan lo, ah. gue ke sana sendiri aja.”

“heh!” younghoon berseru, akhirnya harus mengekor hyunjae karena temannya itu memang tidak peduli istilah damai.

“CHANGMINNN.”

sebuah suara yang sangat ingin dihindari changmin saat ini terdengar dari ambang pintu kelasnya. changmin mengeluh dalam hati karena ia terlambat untuk kabur dari kelas.

“eh, eh, tontonan gratis lagi. seru nih seru,” ucap juyeon pada kevin yang terlihat prihatin dengan keadaan changmin namun dalam hatinya juga menikmati.

“bang, ada apaan sih?” tanya sunwoo, adik kelas yang suka nyasar ke kelas changmin untuk mengajak kakak kelasnya main futsal.

“ih, masa lo nggak tau kejadian di kantin kemarin? seru banget padahal,” sahut eric, teman sekelas sunwoo.

“mana gue tau, gue lagi makan soto,” protes sunwoo.

“ah, udah udah diem kalian. gue jadi nggak denger kak hyunjae ngomong apaan.” kevin menyuruh dua bocah itu untuk diam.

hyunjae sudah mendatangi bangku changmin. menjatuhkan dirinya di bangku yang berada di depan meja changmin, duduk menghadap changmin yang saat ini menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah karena perhatian mulai tertuju lagi padanya.

“changmin,” panggil hyunjae. “masih marah, ya?”

chanhee melirik teman semejanya yang saat ini sedang mencoba mengatur napasnya. ia hanya bisa berdoa semoga temannya itu tidak meledak di tempat.

“kak, diomongin nanti aja pulang sekolah,” ucap changmin pelan, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menarik perhatian. tentu saja sia-sia karena sekarang seisi kelasnya sedang terfokus pada dua orang yang menjadi sumber pembicaraan dari kemarin.

“nggak mau. nanti pulang sekolah kamu pasti kabur lagi kayak tadi pagi.”

sorakan pelan dari anak-anak kelas mulai terdengar. younghoon memijat pangkal hidungnya, berharap setidaknya kali ini tidak ada guru bk yang terlibat.

“gimana nggak kabur kalo kak hyunjae langsung nyosor kayak kemarin,” celetuk seseorang tiba-tiba. mungkin eric.

“siapa tadi yang ngomong?” sahut hyunjae, fokusnya sudah tidak lagi pada changmin.

“wah, kalo gitu ceritanya ya pantesan aja kakak itu kabur-kaburan. mainnya langsung nyosor kayak soang.” kali ini sunwoo yang ikutan mengompori, padahal anaknya sendiri sibuk makan soto kemarin.

“eh, siapa sih lo bocah kalo ngomong nggak ada tata kramanya!” seru chanhee, bangkit dari kursinya.

kevin menarik lengan seragam sunwoo. “nu, lo diem aja ih.”

“gue ke sini cuma mau minta maaf sama changmin. kalian nggak usah ikut campur,” protes hyunjae kesal.

“minta maaf karena udah nyium changmin depan umum, yaa!?” seru juyeon.

astaga juyeon punya mulut nggak ada filternya, keluh chanhee yang ikut pusing dengan situasi di kelasnya saat ini.

akhirnya hyunjae berdiri dari duduknya, menunjuk juyeon dengan tangannya.

“NGGAK USAH ASAL NGOMONG YA, GUE NGGAK SENGAJA??”

“ngaku aja sih, je. daripada makin ruwet urusan,” bisik younghoon dari belakang.

“EH LO KENAPA IKUT-IKUTAN? JUSTRU LO YANG NGEDORONG GUE BIKIN GUE JADI NGGAK SENGAJA NYIUM CHANGMIN.”

“MANA ADA?? GUE JUGA KEDORONG ANAK-ANAK YANG SIBUK MAU LIAT LO SAMA CHANGMIN.”

hyunjae dan younghoon akhirnya malah terlibat aksi saling mendorong, tidak mau disalahkan atas apa yang sudah terjadi.

“anjir berantem,” ujar juyeon, mendapat hiburan gratis di depan matanya.

changmin memijat keningnya pusing, sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. rasanya ia ingin segera mengusir hyunjae dari kelasnya. yang akhirnya terpenuhi saat guru bk datang ke kelasnya.

“ADA RIBUT-RIBUT APA LAGI INI? HYUNJAE!?”

hyunjae melepaskan tangannya dari younghoon, memutar bola matanya kesal. “ck, gue lagi.”

beruntung hyunjae hanya mendapat satu jeweran di telinga dan teguran untuk tidak membuat ribut di lingkungan sekolah. yang sebenarnya hyunjae juga tidak berniat untuk mencari ribut. ia hanya ingin minta maaf ke pacarnya.

changmin pacar hyunjae. tapi tidak banyak yang tahu. changmin juga tidak terlalu suka untuk mengumbar status hubungannya dengan kakak kelasnya itu. maka saat tiba-tiba anak-anak kelas hyunjae ribut perihal hyunjae dan changmin yang sedang makan berdua di kantinㅡatau sebenarnya ada chanhee di antara mereka, changmin langsung panik.

gerombolan siswa lain yang sedang ada di sana pun ikut penasaran, dan berakhir dengan kerusuhan di kantin. masalahnya hampir satu sekolah kenal dengan hyunjae, jadi kalau ada gosip siapa yang jadi pacar hyunjae sudah pasti bakal jadi berita heboh.

aksi saling mendorong karena mereka ingin mencaritahu siapa yang dipacari hyunjae, berakhir dengan insiden hyunjae mencium changmin yang berusaha ia lindungi di depannya. benar-benar tanpa sengaja, bukannya karena hyunjae mencari kesempatan.

seruan anak-anak yang meneriakkan 'anjir ciuman ciuman!' membuat telinga changmin seketika memerah, ia berusaha menerobos kerumunan dan berlari menuju kelasnya. sementara hyunjae masih dihujani pertanyaan soal siapa yang jadi pacarnya dan bagaimana mereka bisa pacaran.

“changmin.”

seseorang berbisik dari balik halte saat changmin sedang duduk menunggu busnya. ia berbalik untuk mendapati hyunjae dengan sepedanya, senyumnya lebar.

“apa?” changmin balas berbisik. tidak ingin mengundang perhatian anak lain yang sedang menunggu bus bersamanya.

“balik bareng aku aja,” tawar hyunjae.

changmin menoleh sejenak pada sederetan anak-anak yang duduk di halte sebelum kemudian beranjak berdiri menghampiri hyunjae.

hyunjae masih memasang senyum lebar saat kaki changmin mulai menginjak pijakan di roda bagian belakang sepeda hyunjae, tangannya memegang bahu hyunjae.

tidak disangka hyunjae hanya diam sepanjang perjalanan pulang, membuat changmin angkat bicara karena ia sebenarnya khawatir.

“dimarahin nggak, tadi?” tanyanya.

hyunjae bergumam, tidak menyangka datangnya pertanyaan dari changmin. “dimarahin dikit haha.”

“makanya, kak kamu tuh jangan suka kayak tadi.”

“ya aku kan cuma pengen minta maaf sama kamu.”

“nggak usah di sekolah juga?”

“di mana lagi coba? kemarin aku telfon kamu aja nggak diangkat.”

changmin tidak membalas lagi.

“changmin.” hyunjae mengerem sepedanya, membuat badan changmin terpental menubruk punggung pacarnya.

“hih, bilang kalo mau berhenti!” changmin memukul pelan punggung hyunjae yang kini sedang terkekeh. rumah changmin sudah dekat. ia turun dari sepeda.

“mau ngomong dulu.” tangan hyunjae menangkap pergelangan tangan changmin, menahan anak itu untuk tidak masuk ke rumahnya.

changmin diam, menunggu hyunjae untuk meneruskan kalimatnya.

“maaf, ya? udah bikin kamu kesel. aku nggak tau siapa yang nyebarin info kalo kita pacaran. tapi, aku juga pengen orang-orang tau. ini loh, changmin pacarnya hyunjae yang paling gemes. yang bikin hyunjae semangat terus tiap hari.”

“apaan sih kak...”

hyunjae menangkap gelagat changmin kalau sudah malu dan salah tingkah. bibirnya mencebik tapi pipinya bersemburat merah. rasanya hyunjae ingin menyimpannya dalam kantong.

“tapi kalo kamu emang nggak nyaman orang-orang tau kita pacaran, mulai besok aku nggak mampir ke kelas kamu lagi deh. terus kalo kamu mau berangkat sekolah naik bus juga nggak papa.”

changmin menggigiti bibir bawahnya, satu kakinya membiarkan ujung sepatunya menggoreskan pola di tanah.

“jangan,” ucap changmin akhirnya.

“hm?”

“nggak papa. biar aja orang-orang pada tau,” ujar changmin. “tapi temen-temen kamu itu loh, kak. kasih tau jangan suka iseng godain.”

hyunjae tertawa kecil, tangannya mengusak rambut changmin. “iya, nanti aku marahin mereka. biar nggak gangguin kamu lagi.”

changmin bergumam kecil.

“udah nggak marah, ya?” tanya hyunjae.

“masih.”

“loh, kok masih? katanya udah nggak papa.”

“bukan masalah itu.”

“masalah apa lagi?” hyunjae mengerutkan dahinya, berpikir untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk paham. “ooh, soal aku nyium kamu ya?”

seketika muka changmin merah padam. bisa-bisanya hyunjae enteng sekali melontarkannya. padahal kemarin ia menangis seharian gara-gara kejadian itu. changmin selama hidupnya belum pernah dicium siapapun, kecuali waktu masih bayi. jadi saat kemarin hyunjae tidak sengaja menempelkan bibirnya di pipi yang nyaris mendekati bibir changmin, anak itu langsung kaget.

“aku nggak sengaja, changmin. beneran. kemarin ada yang dorong-dorong dari belakang. aku kan jagain kamu biar nggak kena senggol sama anak-anak,” jelas hyunjae.

sengaja maupun tidak, tetap saja changmin merasa sangat malu. apalagi dilihat oleh banyak orang.

“kalo mau nyium kamu, aku minta izin dulu kali,” celetuk hyunjae.

“hih.” changmin langsung menghadiahi sebuah pukulan ke lengan hyunjae. “berhenti ngomongin itu.”

“yee kamu sendiri tadi yang bahas.”

“udah, ah- aku masuk dulu, makasih kak udah dianterin.” changmin hendak melangkahkan kakinya, namun lagi-lagi tangan hyunjae menahannya di tempat.

“bentar dulu. sini mau peluk, boleh nggak?” tanya hyunjae, merentangkan lengannya.

changmin melirik hyunjae dengan tatapan sinis, namun akhirnya datang juga ke dalam pelukan hyunjae. ia menyerahkan diri di sana. pelukan hyunjae selalu hangat, selalu memberikan tenang. kalau changmin bisa memilih sebuah rumah, ia mau tinggal di dalam pelukan hyunjae untuk waktu yang sangat lama.

“changmin, sayang nggak sama aku?” tanya hyunjae, yang ditanggapi changmin dengan anggukan kecil.

“seberapa sayangnya?”

“dikit,” jawab changmin.

“kok dikit? aku sayangnya banyak padahal.”

changmin menahan senyumnya di balik pelukan hyunjae. “dikit aja. biar nggak cepet habis. soalnya ngasihnya tiap hari.”

“aku juga tiap hari. banyak lagi,” sahut hyunjae tak mau kalah.

akhirnya mereka malah sibuk berdebat tentang hal-hal paling konyol yang disaksikan oleh sepeda merah milik hyunjae, saksi bisu semua kisah hyunjae dan changmin dari awal mereka bertemu hingga mungkin nanti akhirnya mereka menuliskan entah kisah-kisah lain yang, semoga saja lebih indah dari sekarang.