viewsunwoo menoleh ke arah changmin yang masih bertahan di tempatnya. mobilnya sudah berhenti di depan rumah, namun changmin tak kunjung beranjak. ia mengikuti arah pandang changmin, menemukan seseorang yang bersandar pada kap mobilnya di depan pagar rumah changmin.
ia tahu itu bukan younghoon.
“mau- muter lagi, nggak?” sunwoo mengambil inisiatif.
changmin menggeleng. “nggak usah, nu. udah malem.” ia kemudian bergegas melepaskan sabuk pengaman, helaan napasnya kentara.
“gue anterin sampe pager?” tanyanya lagi yang dibalas dengan senyum tipis oleh changmin.
“gue nggak papa, makasih ya. kasih tau gue kapan lo ada waktu buat gue traktir.” changmin menepuk pelan lengan sunwoo.
“yaelah, gampang itu sih.”
setelah turun dari mobil sunwoo, changmin melambaikan tangannya sekilas. “udah sana buruan balik. hati-hati.”
sunwoo memandangi changmin dan seseorang yang sedang menunggu di depan rumahnya bergantian, memastikan sesuatu sebelum akhirnya ia menghidupkan kembali mobilnya.
changmin menatap mobil sunwoo hingga akhirnya hilang di ujung jalan. menghela napas pelan, ia berbalik menuju pagar rumahnya.
ㅡ
“ada apa, ju?” tanya changmin setelah satu tarikan napas untuk mengendalikan dirinya sendiri.
juyeon menegakkan punggungnya saat changmin datang menghampirinya.
“sori gue langsung ke sini. lo nggak bisa gue hubungin, chat gue juga nggak lo bales.”
changmin tidak yakin harus memberi tanggapan seperti apa. seharusnya juyeon sudah tahu.
“lo ngapain ke sini?” changmin berusaha untuk tidak terdengar terlalu dingin. tapi ini bukan waktu yang tepat, setelah semua yang changmin alami. ia hanya ingin sedikit waktu untuk menenangkan diri.
“gue cuma-” juyeon tampak ragu dengan kalimat yang akan ia ucapkan, berkali-kali ia mencoba membuka mulutnya. “changmin, gue perlu ngomongin apa yang udah terjadi waktu gue pergi. gue nggak tau apa itu yang bikin lo bersikap kayak gini ke gue sekarang. gue... mau minta maaf ke lo. for everything that happened back then, i really am sorry.“
changmin menggigit bibirnya, ia tidak menyangka juyeon akhirnya akan membahas masalah ini. it actually triggers something in him.
“sebelum lo pergi kita juga bukan apa-apa kan, ju. jadi nggak usah minta maaf,” ucap changmin.
bohong.
“i thought we were something, changmin. terus kenapa lo marah sama gue? lo bener-bener nggak mau ngasih kabar ke gue, kenapa?”
changmin memejamkan matanya sejenak. “juyeon, masalah ini masih penting ya buat lo?”
“masih,” sahut juyeon.
“ju, inget lo udah ada orang lain. masih penting?”
“iya.”
“kalo gue bilang gue masih stuck di tiga tahun lalu, lo mau apa?”
akhirnya terkatakan. juyeon sudah tahu dari chanhee, tapi mendengarnya langsung dari mulut changmin rasanya lebih memberi perih.
“kenapa lo nggak bilang...” ucap juyeon pelan.
“nggak penting gue bilang apa enggak.”
“penting, changmin,” bantah juyeon. “i still liked you but you were avoiding me, so i thought that maybe you hated me. and i have to move on with my life too. project taman baca itu, semuanya buat lo changmin. gue ngelakuin itu semata-mata buat lo, gue kira seenggaknya gue bisa ngumpulin sedikit harapan buat kita. tapi gue baru tau lo udah ada younghoon. lo beneran nggak mau ngeliat gue lagi.”
changmin menekan kedua matanya dengan telapak tangan, tidak sanggup mendengarkan kalimat yang dilontarkan juyeon. ia menahan sekuat tenaga tangis yang beberapa hari ini sulit untuk diluapkan.
“kenapa sih, ju- timing kita selalu nggak pas?” changmin berbisik lirih. “gue putus sama kak younghoon... tapi gue nggak mau lo ninggalin kak hyunjae. gue juga nggak minta lo buat ngelakuin itu.”
juyeon mengusap wajahnya lelah, mendengar setiap kata yang terucap dari changmin seperti menorehkan sayatan pada hatinya pelan dan dalam.
“sekalipun kita mau balik kayak dulu lagi rasanya nggak bakal sama. udah terlalu lama, ju. gue udah banyak berubah dan lo nggak tau. gue juga nggak tau gimana lo sekarang, gue cuma punya memori lo tiga tahun lalu.”
angin malam yang berhembus menusuk kulit mengingatkan keduanya akan malam yang sama tiga tahun silam. dan kali ini keduanya kembali harus menerima kekalahan untuk kedua kalinya. tapi siapa yang harus mereka salahkan?
hening untuk waktu yang sangat lama karena batin juyeon bertengkar dengan dirinya sendiri. seberapa besar inginnya untuk kembali pada changmin namun ia sadar ia tidak bisa melakukannya sekarang.
changmin merasa seseorang meremas hatinya saat juyeon akhirnya berucap di antara dinginnya malam yang memeluk erat keduanya. menyesakkan.
“okay, i guess we have to really end it here. everything.“